Container Icon

KEANEKARAGAMAN MAHKLUK HIDUP

BAB II
KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP

A.      Pengertian keanekaragaman mahkluk hidup
Keanekaragaman mahkluk hidup atau disebut dengan keanekaragaman hayati adalah tingkat variasi bentuk kehidupan alam, mengingat ekosistem bioma spesies, atau seluruh planet. Keanekaragaman hayati adalah sebagian fungsi dari iklim dan ukuran dari kesehatan ekosistem. Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi, wilayah tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dibandingkan dengan wilayah di kutub dan jumlah keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator. Perubahan lingkungan yang cepat biasanya menyebabkan kepunahan massal. Salah satu perkiraan adalah bahwa kurang dari 1% dari spesies yang ada di Bumi adalah yang masih ada.
Sejak kehidupan dimulai di bumi, lima kepunahan massal besar dan peristiwa kecil telah menyebabkan beberapa tetes besar dan mendadak dalam keanekaragaman hayati. Para eon Fanerozoikum (yang 540 juta tahun terakhir) ditandai pertumbuhan yang cepat dalam keanekaragaman hayati melalui ledakan Kambrium sebuah periode di mana mayoritas filum multiseluler pertama muncul.  400 juta tahun ke depan termasuk diulang, kerugian besar keanekaragaman hayati diklasifikasikan sebagai kepunahan massal. Dalam Karbon, kolaps hutan hujan menyebabkan kerugian besar dari kehidupan tanaman dan hewan. Peristiwa kepunahan Permian-Trias, 251 juta tahun lalu, adalah yang terburuk. Pemulihan vertebrata butuh waktu 30 juta tahun. Yang terakhir, peristiwa kepunahan Cretaceous-Paleogen, terjadi 65 juta tahun lalu, dan sering menarik perhatian lebih dari yang lain karena mengakibatkan kepunahan dinosaurus.           
Periode sejak munculnya manusia telah menunjukkan pengurangan keanekaragaman hayati yang sedang berlangsung dan kerugian atas keragaman genetik. Dinamakan kepunahan Holocene, pengurangan ini disebabkan terutama oleh dampak manusia, terutama kerusakan habitat. Sebaliknya, keanekaragaman hayati dampak kesehatan manusia dalam berbagai cara, baik secara positif maupun negatif.

B.       Pengklasifikasian keanekaragaman mahkluk hidup
Makhluk hidup di dunia ini sangat beragam. Hal ini mendorong para ahli mencari cara untuk mempelajarinya, yaitu dengan menggunakan ilmu tentang pengelompokkan makhluk hidup yang disebut taksonomi. Dasar pengelompokkan makhluk hidup ini adalah adanya persamaan dan perbedaan ciri-ciri morfologi, anatomi, fisiologi, tingkah laku, dan lain-lain.
1.      Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah suatu satuan lingkungan hidup yang terdiri dari unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk hidup), unsur abiotik (faktor-faktor fisik seperti iklim, tanah, air) dan kimia (keasaman, salinitas) yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya.
Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem terbentuk dari keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat gen. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem menghasilkan interaksi antar berbagai macam makhluk hidup dengan lingkungan sebagai wadahnya.
Lingkungan hidup meliputi komponen biotik yang meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu (uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat dilihat langsung oleh kita dan komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan, air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan kandungan mineral.
Baik komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan komponen abiotik pun bervariasi pula. Dalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem.
Perbedaan letak geografis antara lain merupakan faktor berbagai bentuk ekosistem. Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperatur, curah hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang menempati suatu daerah.
a.    Di daerah dingin terdapat bioma Tundra.
Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang kutub.
b.      Di daerah beriklim sedang terdapat bioma Taiga.
Jenis tumbuhan yang paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/ hewannya antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
c.       Pada iklim tropis terdapat hutan hujan tropis.
Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang sangat kaya dan beraneka ragam.




Kelestarian keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada komponen-komponennya yang mengalami gangguan. Gangguan-gangguan terhadap komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada tatanan ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat merubah wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula. Contoh-contoh gangguan ekosistem, antara lain penebangan pohon di hutan-hutan secara liar dan perburuan hewan secara liar dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana tanah longsor atau letusan gunung berapi, kebakaran hutan, gempa bumi, dan tsunami dapat memusnahkan ekosistem.

2.      Keanekaragaman Jenis
              Jenis (spesies) merupakan suatu satuan organisme yang dapat dikenal dari bentuk atau penampilannya dan terdiri atas pengelompokan populasi atau individu yang mampu kawin sesamanya secara bebas (tetapi tidak dapat melakukannya dengan jenis lain), untuk menghasilkan keturunan yang menyerupainya.
Lingkungan tempat hidup jenis itu beranekaragam, jenis yang dihasilkan pasti akan beranekaragam juga. Proses terjadinya jenis pada umumnya berlangsung perlahan-lahan dan dapat memakan waktu ribuan tahun, melalui perubahan penyesuaian atau evolusi jenis lain yang sudah ada sebelumnya. Selanjutnya jenis yang terjadi ini, juga mempunyai peluang untuk menghasilkan jenis-jenis yang lain. Selama bermilyar-milyar tahun melalui proses evolusi, telah terbentuk jutaan jenis yang berbeda-beda. Cara proses ini berlangsung mengakibatkan adanya keterkaitan antara jenis yang satu dengan jenis yang lainnya. Keterikatan ini disebut kekerabatan.
Faktor kebakaan (susunan genetik) suatu jenis, diturunkan dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, anggota jenis yang sama akan mempunyai kerangka dasar komponen genetik (kromosom) yang sama begitu juga sebaliknya. Perbedaan ini terjadi karena penyesuaian suatu jenis terhadap lingkungan tempat hidupnya. Jika lingkungan berubah, pasti akan terjadi proses penyesuaian baru oleh jenis yang bersangkutan. Dalam waktu yang panjang, jenis ini mengalami penyesuaian dan mengalami evolusi dan membentuk jenis-jenis baru. Kini di dunia terdapat sekitar 325.000 jenis tumbuhan, 16.000.000 jenis hewan dan 160.000 jenis jasad renik.
a.         Kekayaan Jenis Makhluk Hidup di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang kaya dengan sumber daya alamnya. Jenis makhluk hidup di Indonesia tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


b.      Keanekaragaman Mikrobiota di Indonesia
Jumlah jenis mikrobiota (jasad renik) di Indonesia tidak dapat dihitung dengan pasti, karena penelitian pencacahannya belum pernah dilakukan secara menyeluruh. Jenis mikrobiota diduga berasosiasi bersama makhluk hidup lainnya dalam ekosistem di sekitar kita melebihi 10% dari mikrobiota yang diperkirakan ada didunia. Monera (mikroba yang tidak memiliki inti sel sejati atau prokariota, seperti bakteri ganggang biru) diwakili oleh sekitar 300 jenis misalnya  (bakteri yang menyebabkan fermentasi, yang menyebabkan makanan busuk). Contoh kelompok ini diantaranya jenis bakteri pembusuk (misalnya jenis yang menyebabkan terjadinya fermentasi terasi atau pun yang membasikan makanan), bakteri-bakteri rhizodium yang mampu menambat nitrogen bebas, bakteri psedomonas cocovenans yang menyebabkan keracunan mematikan bila mengontaminasi tempe bongkrek, bakteri Eschrichiacolli yang mencemari air, dan ganggang anabaena azollae dimanipulasi untuk dimanfaatkan sebagai pupuk hijau karena kemampauannya memfiksasi nitrogen bebas bila bersimbiosis dengan tumbuhan paku air (Azollapinata).
Sedangkan mikrobiota yang tergolong tumbuhan (plantae) diwakili oleh kelompok ganggang (algae) dan lumut (Bryopita). Dugaan jumlah jenis ganggang meliputi ganggang hijau atau chlorophyta, ganggang keemasan/ chichrysophyta, ganggang pirang–coklat/ phaeohyta, dan ganggang merah/ rhodophyta yang ditemukan di negara kita ada 1800 jenis. Adapun keanekaragaman jenis-jenis lumut (bryothyta) juga tergolong sangat tinggi karena negara kita memiliki tipe yang sangat cocok sebagai tingkat berevolusinya kelompok tumbuhan ini. Diduga di negara kita terdapat lebih dari 1500 jenis lumut daun (musci, lumut hati (hepaticae) dan lumut tanduk (anthocerotae).

c.       Keanekaragaman Tumbuhan Berpembuluh di Indonesia
Flora negara kita juga sangat banyak diperkirakan 1250 jenis paku-pakuan dan 25000 tumbuhan berbunga. Suku terbesar adalah anggrek-anggrekan yang diperkirakan mempunyai 5000 jenis. Kekayaan flora kita yang besar ini antara lain merupakan akibat dari struktur vegetasi yang komplek. Pohon-pohon tinggi sebagai kerangka, menciptakan lingkungan yang memungkinkan berbagai jenis tumbuhan lain dari lumut sampai pohon kecil untuk tumbuh berlindung di bawahnya.
Keanekaragaman ini dapat disimpulkan dari besarnya jumlah jenis makhluk yang kita miliki, misalnya tumbuhan meranti-merantian (dipterocarpaceai) sekitar 70% dari jenis yang ada didunia terdapat dinegara kita. Kekayaan jenis kawasan indonesia dalam skala lokal dapat diartikan sebagai jumlah jenis yang besar terdapat dalam luasan kecil, dapat dilihat pencacahan pohon yang dilakukan di wanariset (Kalimantan Timur ), dalam 1,5 ha ternyata dapat ditemukan 239 jenis tumbuhan berkayu, ini merupakan bukti bahwa hutan Indonesia merupakan hutan terkaya didunia (sastrapraja,et.al.1989). Jika berbicara tentang tanaman budidaya, kita memiliki banyak sekali jenis tanaman budidaya seperti coklat, cengkeh, karet, durian, rambutan, mangga, kesemek, dukuh, pisitan, fanili, asam, jeruk, salak, pisang, jambu, buncis, kol, pakis, sawi, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang bobor, kacang panjang, bayam dan kangkung, untuk bambu-bambuan kita memiliki tidak kurang dari 125 jenis bambu seperti bambu tali, bambu pringgodani, bambu betung, bambu surat, bambu gombong, bambu haur, dan bambu tamiang untuk tumbuhan kayuan-kayuan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, kita memiliki tidak kurang dari 1000 jenis kayu, seperti kayu meranti, kamper, mahoni, albasiah, pinus, salam, jati, ulin, johar, dan lain-lain.

d.      Keanekaragaman Hewan Indonesia
Kekayaan fauna negara kita, tercermin dari berbagai segi dari jumlahnya saja, diperkirakan 300.000 jenis atau sekitar 15 % fauna dunia terdapat di negara kita yang hanya memiliki kawasan 2 % saja dari luas dunia. Besarnya keanekaragaman fauna ini dimungkinkan karena posisi tanah air kita yang terletak di persimpangan utara selatan dan menjadi jembatan antara dua region fauna utama dunia. Dari segi kualitas dapat ditunjukan, fauna yang terdapat di negeri ini mencakup kelompok modern, seperti burung dan mamalia masa kini, misalnya gagak dan orang hutan maupun kelompok primitif seperti binatang berkantung, misalnya kuskus dan mamalia bertelur, nokdiak,serta primata primitif, seperti kukang. Selain itu banyak kelompok yang hanya terdapat endemik di negara kita saja, misalnya burung cendrawasih, anoa, dan babi rusa. Ada juga kelompok lain yang merupakan populasi tersisa , seperti biawak, komodo, dan badak jawa serta jenis yang merupakan pendamping jenis sekerabat yang terdapat di bagian dunia lain, misalnya tapir dan buaya yang jenis kerabatnya terdapat di Amerika bagian selatan.
Kelompok primata juga memiliki keanekaragaman yang tinggi, misalnya di Sumatra terdapat orang utan dan siamang dan di Kalimantan terdapat orang utan dan bekantan. Burung, Reptil, Amfibi dan Ikan menunjukkan tingkat keragaman yang tinggi, terdapat 1.300 jenis yang terdapat di Indonesia. Jenis reptil yang terdapat di Indonesia misalnya biawak, komodo, ular beracun tinggi. Mengenai amfibi, terkonsentrasi di Kalimantan yang dihuni lebih dari 70 jenis, misalnya katak batu (Rana macrodon). Kelompok ikan yang terkenal ada ikan tongkol, tenggiri, bandeng, bawal, kakap, dan banyak jenis ikan laut yang banyak di cari oleh pengusaha ikan.
Binatang beruas (Arthropoda) juga menunjukkan keanekaragaman yang tinggi dan menarik, misalnya kalajengking, laba-laba, ketam, kenari, kelompok udang,  kepiting dan lobster. Dari jenis serangga diantaranya ulat sutra, lebah madu.

3.        Keanekaragaman Genetik
Susunan perangkat gen menentukan ciri dan sifat pada individu yang bersangkutan. Keanekaragaman susunan perangkat gen menentukan keanekaragaman individu. Setiap individu mempunyai  susunan gen yang berbeda dengan individu lainnya, walaupun termasuk kedalam jenis yang sama. Variasi susunan gen pada individu-individu yang termasuk dalam jenis sama akan mengakibatkan adanya variasi bentuk,  penampilan, dan sifat yang tampak akan berbeda. Variasi tersebut adalah sebagai keanekaragaman gen atau individu. Variasi bentuk, penampilan dan sifat antar individu tanaman padi merupakan contoh keanekaragaman gen pada tumbuhan. Variasi bentuk, penampilan antar individu tikus merupakan contoh keanekaragaman pada hewan.
Contoh : pada tumbuhan

       
Keanekaragaman warna bunga pada tanaman mawar. Bentuk, rasa, warna pada buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna bulu dan bentuk pial pada ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu spesies/ jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang bersifat diturunkan dari induk/ orang tua kepada keturunannya.
Gen pada setiap individu, walaupun perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen? Perkawinan antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya. Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal dari kedua induk/ orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara buatan. Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan, seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya (genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.
Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil, sedang) warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning) warna mata (biru, hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting). Cobalah perhatikan diri Anda
Jadi keanekaragaman  hayati tingkat gen mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada bunga ros merah dengan putih, ukuran daun, tinggi pohon, dsb.

C.      Faktor yang Menyebabkan Kepunahan Makhluk Hidup
Setiap makhluk hidup pasti akan mati termasuk kita manusia tidak terkecuali hewan dan tumbuhan. Kematian suatu jenis makhluk hidup secara terus menerus yang tidak diimbangi dengan regenarasi generasi penerus/ keturunan (berkembang biak) adalah merupakan kepunahan. Punah berarti tidak akan ada lagi makhluk hidup itu selama-lamanya di muka bumi. Contoh spesies yang sudah punah adalah dinosaurus jenis t-rex. Faktor alasan penyebab kepunahan suatu spesies :
1.      Daya Regenerasi Yang Rendah
Banyak hewan yang butuh waktu lama untuk masuk ke tahap berkembang biak, biasa memiliki satu anak perkelahiran, butuh waktu lama untuk merawat anak, sulit untuk kawin, anaknya sulit untuk bertahan hidup hingga dewasa, dan sebagainya. Tumbuhan tertentu pun juga terkadang membutuhkan persyaratan situasi dan kondisi yang langka untuk bisa tumbuh berkembang. Hal tersebut menyulitkan spesies yang memiliki daya regenerasi/ memiliki keturunan rendah untuk memperbanyak dirinya secara signifikan. Berbeda dengan tikus, ayam, lalat, kelinci, dll yang mudah untuk melakukan regenerasi.
2.      Campur Tangan Manusia
Adanya manusia terkadang menjadi malapetaka bagi keseimbangan makhluk hidup di suatu tempat. Manusia kadang untuk mendapatkan sesuatu yang berharga rela membunuh secara membabi buta tanpa memikirkan regenerasi hewan atau tumbuhan tersebut. Gajah misalnya dibunuhi para pemburu hanya untuk diambil gadingnya, harimau untuk kulitnya, monyet untuk dijadikan binatang peliharaan, dan lain sebagainya. Perubahan areal hutan menjadi pemukiman, pertanian dan perkebunan juga menjadi salah satu penyebab percepatan kepunahan spesies tertentu. Mungkin di jakarta jaman dulu terdapat banyak spesies lokal, namun seiring terjadinya perubahan banyak spesies itu hilang atau pindah ke daerah wilayah lain yang lebih aman.

3.      Bencana Alam Besar
Adanya bencana super dahsyat seperti tumbukan meteor seperti yang terjadi ketika jaman dinosaurus memungkinkan banyak spesies yang mati dan punah tanpa ada satu pun yang selamat untuk meneruskan keturunan di bumi. Sama halnya dengan jika habitat spesies tertentu yang hidup di lokasi yang sempit terkena bencana besar seperti bancir, kebakaran, tanah longsor, tsunami, tumbukan meteor, dan lain sebagainya maka kepunahan mungkin tidak akan terelakkan lagi.
4.      Didesak Populasi Lain Yang Kuat
Kompetisi antar predator seperti macan tutul dengan harimau mampu membuat pesaing yang lemah akan terdesak ke wilayah lain atau bahkan bisa mati kelaparan secara masal yang menyebabkan kepunahan.
5.      Penebangan
Penebangan hutan tidak hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan menurunkan plasma nutfah.
6.      Eksploitasi hewan dan tumbuhan berlebih
Misal penggunaan padi unggul menyebabkan punahnya padi tradisional. Kebutuhan pangan dan ketamakan manusia.
7.      Pencemaran tanah, air, dan udara
Mikroorganisme tanah banyak yang mati akibat pencemaran dari limbah logam berat perindustrian dan pertanian, tumbuhan dan organisme tanah di hutan rusak karena hujan asam.
8.      Perubahan Iklim Global
Pencemaran udara mengakibatkan kenaikan suhu bumi. Tiap kenaikan 1°C akan menggantikan batas toleransi beberapa spesies di daratan sekitar 125km ke arah kutub atau 150m vertikal ke arah gunung. Permukaan air laut akan naik dan beberapa pulau akan tenggelam.

D.          Upaya Manusia Untuk Melestarikan dan Menjaga Keanekaragaman Makhluk Hidup
Agar keanekaragaman makhluk hidup dapat terus lestari dan mampu memberi manfaat yang sebesar-besarnya kepada manusia, pemanfaatannya harus secara bijaksana. Beberapa usaha penyelamatan dan pelestarian keanekaragaman makhluk hidup sebagai berikut:
1.      Sistem tebang pilih dengan cara memilih tanaman yang bila ditebang tidak sangat berpengaruh terhadap ekosistem.
2.      Peremajaan tanaman dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan hasil dengan mempersiapkan tanaman pengganti.
3.      Penangkapan musiman yang dilakukan pada saat populasi hewan paling banyak dan tidak pada saat kondisi yang dapat mengakibatkan kepunahan. Contohnya: tidak berburu pada saat musim berkembang biak.
4.      Pembuatan cagar alam dan tempat perlindungan bagi tumbuhan dan hewan langka seperti suaka margasatwa dan taman nasional. Tempat-tempat tersebut melindungi flora atau fauna yang sudah terancam punah. Perlindungan (konservasi) keanekaragaman hayati bertujuan untuk melindungi flora dan fauna dari ancaman kepunahan. Konservasi dibagi dua macam, yaitu:
a.    In Situ
In situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan pada habitat asli. Misalnya memelihara ikan yang terdapat di suatu danau yang dilakukan di danau tersebut, tidak dibawa ke danau lain atau sungai. Ini dilakukan agar lingkungannya tetap sesuai dengan lingkungan alaminya. Konservasi in situ memiliki 7 kategori yaitu:




1)        Cagar Alam
Cagar alam adalah membiarkan ekosistem dalam suatu wilayah apa adanya. Perkembangannya terjadi secara proses alami. Manusia dilarang memasukinya tanpa izin khusus. Cagar alam bertujuan untuk:
a.    melindungi ciri khas tumbuhan, hewan, dan ekosistem alami
b.      mempertahankan keanekaragaman gen
c.     menjamin pemanfaatan ekosistem secara berkesinambunga
d.   memelihara proses ekologi
Contohnya Cagar Alam Pangandaran (Jawa Barat).

2)        Suaka Margasatwa
Merupakan pelestarian satwa langka. Perburuan dibuatkan peraturan tertentu. Satwa langka dilindungi oleh undang-undang konservasi, sehingga kepemilikannya harus memiliki izin khusus.

3)        Taman Nasional
Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli. Taman nasional dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman nasional juga berfungsi melindungi ekosistem, melestarikan keanekaragam flora dan fauna, dan melestarikan pemanfaatan sumber daya alam hayati.
Beberapa taman nasional tersebut misalnya Taman Nasional (TN) Gunung Leuseur (Aceh dan Sumatera Utara), TN Kerinci Seblat (Sumatera Selatan dan Bengkulu), TN Bukit Barisan Selatan (Bengkulu dan Lampung), TN Ujung Kulon (Banten), TN Gunung Gede Pangrango (Bogor dan Sukabumi, Jawa Barat), TN Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), TN Bromo Tengger (Jawa Timur), TN Meru Betiri (Jawa Timur), TN Baluran (Banyuwangi, Jawa Timur), TN Bali Barat, TN Komodo (Nusa Tenggara Barat) dan TN Tanjung Puting (Kalimantan Tengah).



4)        Taman Laut
Taman laut adalah wilayah lautan yang memiliki keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi dan indah. Kawasan ini dijadikan sebagai konservasi alam, misalnya Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara.
Konservasi alam adalah upaya pengelolaan sumber daya alam untuk menjamin kelangsungan hidup manusia di masa kini dan masa mendatang. Konservasi alam meliputi tiga hal, yaitu:
a.       perlindungan, melindungi proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan. Misalnya, perlindungan siklus udara dan air.
b.       pelestarian, melestarikan sumber daya alam dan keanekaragam hayati
c.       pemanfaatan, memanfaatkan secara bijaksana sumber daya alam dan lingkungannya.

5)        Hutan Lindung
Hutan lindung biasanya terletak di daerah pegunungan. Hutan tersebut berfungsi sebagai resapan air. Hal ini untuk mengatur tata air dan menjaga agar tidak terjadi erosi.

6)    Kebun Raya
Kebun raya adalah kebun buatan yan berguna untuk menghimpun tumbuhan dari berbagai tempat untuk dilestarikan. Selain itu, kebun raya ialah Kebun rata Bogor dan Kebun Raya Purwodadi (Jawa Timur)
Masyarakat awam hendaknya tidak memelihara hewan atau tumbuhan langka yang rawan punah. Memelihara burung, kera, atau orang utan di rumah akan menyebabkan hewan hewan tersebut semakin cepat punah. Sebaiknya, hewan tersebut dibiarkan hidup secara alami atau diserahkan pemeliharaannya kepada orang yang ahli agar ditangkarkan dan kemudian dilepaskan kembali ke habitat aslinya. Kita dapat berperan serta untuk melestarikannya dengan memelihara hewan atau tumbuhan hasil penangkaran atau budi daya, misalnya burung kenari, ikan hias, tanaman hias, kucing dan anjing.

Kita dapat membantu melestarikan keanekaragaman makhluk hidup dengan cara:
a.        tidak membunuh hewan dan tumbuhan liar
b.        tidak mempermainkan hewan liar dan memetik tumbuhan langka
c.        sewaktu bertamasya atau berkemah, tetaplah memelihara kelestarian lingkungan, tidak membawa pulang hewan dan tumbuhan langka
d.       tidak membuang sampah di sembarang tempat, karena dapat mengganggu kesehatan hewan jika termakan hewan tersebut
e.        tidak membuang limbah ke lingkungan, misal limbah rumah tangga atau pestisida, karena dapat membahayakan kehidupan hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan tersebut.
b.    Ex Situ
Ex situ adalah konservasi flora dan fauna yang dilakukan di luar habitat asli, namun kondisinya diupayakan sama dengan habitat aslinya. Perkembangbiakan hewan di kebun binatang merupakan upaya pemeliharaan ex situ. Jika berhasil dikembangbiakan, sering kali organisme tersebut dikembalikan ke habitat aslinya. Contohnya, setelah berhasil ditangkar secara ex situ, jalak Bali dilepaskan ke habitat aslinya di Bali. Misalnya: konservasi flora di Kebun Raya Bogor dan konservasi fauna di suaka margasatwa Way Kambas, Lampung.

 posted by: Oliv Tika Wulandari
 Universitas PGRI Yogyakarta











  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar